my twitter :)

Tuesday, July 26, 2011

Tersenyumlah


            Pagi hari ku sambut dengan hati yang ceria dan bebas seperti burung yang menemukan kebebasannya untuk pertama kalinya. Setelah itu,  aku membantu nenekku memasak sarapan. Aku memakan sarapan buatanku dengan senyum lebar di wajahku. Tiba – tiba handphone-ku berbunyi. Kuangkat, “Halo….” Ia menjawab “ halo, ini aku Ren”. Aku kaget mendengar Ren menelponku sepagi ini. “ Ren, tumben telpon pagi – pagi?“, kataku. “ Adek, ayah kakak baru aja meninggal tadi jam 4 pagi”, jawabnya dengan isak tangis. Aku kaget mendengar hal ini, aku tak menyangka om bakal pergi secepat itu kurasa om tak punya penyakit apapun. Aku masih bertemu dengan om 4 hari yang lalu. Akupun segera berangkat bersama keluargaku menuju ke rumah Ren. Sampai disana aku melihat Tante di depan pintu, ia tersenyum kepadaku. Ia mengajakku untuk berbicara sebentar.

      “Nak, ini adalah hal yang sangat berat untuk Ren. Tante ingin kamu berbicara dengannya. Karena Tante tahu hanya kamu yang bisa membuat Ren tenang saat ini”. mendengar perkataan Tante aku menjadi sedih dan kasihan terhadap Ren. Selama ini om bekerja keras agar Ren dapat mewujudkan impiannya di sekolah dan mendukung segala keinginan Ren untuk menjadi seorang dokter. Tanpa om, Ren tidak akan menjadi seperti yang sekarang ini. Dengan langkah yang kurasa berat, ku angkat paksa untuk melangkahkan kakiku menuju kamar Ren. Ku kuatkan hatiku agar tidak menangis di depannya dan senyum menghiasi wajahku. Ku ketuk pintu kamarnya, “ Ren, bisa kita bicara sebentar ?” . Tak ada jawaban, akupun masuk kedalam kamarnya. Kulihat Ren meringkuk di atas kursi belajarnya, wajahnya terlihat seperti orang sudah sekarat. Kurangkul dia dan tangisnya pun pecah sesaat ia merasakan diriku merangkul dirinya. Ia mencurahkan semua isi hatinya, dan kudengarkan dengan baik – baik. Kami memang bukan saudara kandung, tapi ia sudah menganggapku sebagai adiknya sendiri. “ Ren, dengarkan aku. Kalau kau begini terus yang ada hanya om akan semakin sedih dan tidak tenang di alam sana. Jadi kuharap kamu bisa menerima apa adanya. Kamu harus bangkit!”, ucapku. Tangis Ren berhenti, ia memandangku dengan matanya yang hitam itu. Tiba – tiba ia berdiri dan merangkulku dengan erat dan ia berkata , “ Kamu memang benar, maafkan aku !”. Aku tersenyum melihat Ren bisa bangkit dan mau menerima apa yang terjadi. “ Ren...”, ucapku. “ Ada apa Misha ?”, tanyanya. “ Cobalah untuk tersenyum seberapapun beratnya penderitaan ataupun masalah yang sedang kamu hadapi. Karena tersenyum membuat hatimu menjadi lebih tenang dan bahagia. Cobalah Ren....”, ucapku seraya memandang wajahnya. Iapun sedikit demi sedikit mulai tersenyum dan ia berkata, “ Misha, tunggu aku diluar. Aku akan bersiap – siap dulu”.
        Akupun keluar dari kamarnya dengan air mata yang menggenangi wajahku. Aku merasa bahagia karena Ren telah membaik dan kembali menjadi Ren yang dulu. Upacara pemakaman berlangsung khidmat dan lancar. Ren memintaku untuk tinggal hingga semua rangkaian acara selesai. Setelah semua acara selesai, Ren dengan berat hati mengantarku ke mobil. “ Misha, bisakah kau datang lagi besok ?”, tanyanya dengan wajah yang seperti memohon padaku. Aku menganggukkan kepalaku. Kemudian ia meraih kepalaku dan mencium tepat dahiku dan berkata, “ Aku sayang Misha. Bagaimana dengan Misha ?” . Aku merasa jantungku berdebar dengan sangat keras dan air mataku sudah menggenangi mataku. Aku menatap wajahnya dan berkata , “ Aku juga sayang Ren ! “ . Dengan senyumnya ia terlihat bahagia dan seakan semua penderitaannya telah hilang dan ia bisa maju meraih apa yang masih dapat ia raih. “ Aku mempelajari suatu hal yang indah hari ini bahwa hanya dengan tersenyum kita mendapat suatu yang bisa dinamakan ketenangan batin dan satu hal lagi yang menurutku juga penting bahwa tersenyum juga dapat meraih apa yang dinamakan ...........cinta !“, ungkapnya. Aku mendengar apa yang dikatakan Ren dan merasakan bahwa tidak semua hal mungkin bisa diselesaikan dengan cara seperti ini tapi setidaknya itu dapat mengurangi sedikit demi sedikit apa yang tadinya menjadi beban di kehidupan ini . Aku merasakan kehangatan sebuah cinta yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Aku pun berpamitan pulang . Ren dengan senyum yang menawan melambaikan tangannya kepadaku. Kubalas dengan senyum dan dengan berat hati ku tancapkan gas mobilku menuju rumahku. ~end

Published with Blogger-droid v1.6.9

No comments:

Post a Comment